Sempat

Kesempatan itu selalu ada. Hanya saja, pertanyaannya, kita mau membuatnya atau tidak. 🌿🌸

Jika kita sudah berniat kuat untuk membuatnya, dan berusaha sebaik mungkin. Maka, alam akan menunjukkan jalannya untuk kita.

Tidak perduli seberapa sedikit peluangnya. Asalkan tidak menyerah, masih selalu ada jalan.


Menyempatkan juga berarti fokus mengerjakan apa yang kita inginkan itu. Dengan sendirinya, yang tidak dibutuhkan tentunya tidak akan kita kerjakan karena kita mencurahkan seluruh perhatian dan waktu untuk apa yang kita inginkan itu. Kita tidak akan mudah menyerah. Menyerah itu opsi terakhir.

Karena memang, sebaliknya. Jika di pikiran kita saja kita sudah menyerah, bagaimana mungkin kita bisa berbuat lebih jauh? Jika di pikiran saja kita tidak mau mencari jalannya, bagaimana mungkin jalannya akan terbuka untuk diusahakan? Jika menyerah, pikiran kita tidak akan berusaha lagi untuk mencari jalan yang bisa ditempuh. Dan sebaliknya, jika masih belum menyerah, jalannya akan terus dicari. Ya, setidaknya, kita akan selalu berada jauh lebih depan dibandingkan dengan yang menyerah begitu saja.


Saya teringat videonya Panji Pragiwaksono, kau bisa tonton di tautan berikut: https://youtu.be/QgU8SYIsMsI

Video tersebut tentang menyerah untuk menyerah. Pandji menceritakan kisahnya yang sudah menyerah, namun pada akhirnya dia sadar masih ada kesempatan. Jadi ia menyerah untuk menyerah. ☘️🌸

Intinya begini, kita ini kan tidak tahu keberuntungan kita. Seberapa jauh kita akan terus menerus beruntung. Jadi, yang bisa diusahakan adalah usaha keras kita untuk terus mencari jalan. Masalah di tengah atau di akhir nantinya kita dilimpahi keberuntungan, itu adalah bonus darinya. Tapi jika kita hanya harapkan keberuntungan di awal, kita mungkin tidak akan pernah mendapatkannya.☘️

Mari kita buat saja keberuntungan kita sendiri. Sempatkan berusaha untuk mendapatkan apa yang kita harapkan, sebaik mungkin usaha kita. Kan nanti Dia yang akan sediakan keberuntungan untuk kita. Jadi jangan khawatir

Semangaat.. ^^

Jadi, mari menjadi orang yang tidak mengandalkan keberuntungan, tapi mari kita paksa keberuntungan itu datang dengan usaha kita.. πŸ˜ŠπŸ‘πŸŒΈ

Cheers guys

Simpulan

Perjalanan panjang, tidak bisa hanya dinilai ketika masih di setengah perjalanannya. πŸ™‚ ☘️🌸🌿

Kita lebih sering terlalu cepat mengambil simpulan. Padahal, kita belum melihat seutuhnya

Bisa jadi, kita akan mendapatkan simpulan yang salah.

Kau tahu, seseorang mungkin sedang dalam proses mendapatkan apa yang mereka perjuangkan. Sedikit lagi akan mendapatkannya. Tapi jika kita terlalu cepat mengambil simpulan, yang kita lihat ketika itu adalah ia tidak mendapatkannya. Bahkan kita menyangka ia tidak berbuat apa-apa. Yang ia lakukan belum maksimal


Jadi, yaaa, jangan dengar kata orang lain yan menganggap Kita tidak berusaha. Kita berjuang dengan cara kita, dan akan mendapatkan apa yang kita usahakan.

Cheers guys.. 🌸☘️😊

“Wahai Ibu” #PuisiHZ

πŸ€πŸŒΈβ„

Wahai ibu…

Cintamu telah kau limpahkan sepenuh hati,, dengan apa mesti aku balas air susumu?!

Keringat dan air mata yang engkau tumpahkan, adalah sungai pelayaran aku menuju lautan..

Maka,, dengan darah ku basuh dosa anakmu ini..

Ibuu,, kau merawat ku saat aku sakit hingga aku sehat kembali.

Tiada yang bisa menggantikan dirimu di dunia ini.


Ibu,,,

Maafkanlah karena aku tak dapat membalas jasa-jasamu kepadaku

Sungguh besar kasih sayang dan pengorbanan mu yang engkau berikan dengan tulus, tanpa pamrih kepadaku..

Bila Allah telah berkenan mengambil diri dan jiwa ini,

Maka keridhoan mu adalah saksi bisu bagiku…

Semoga Allah mempertemukan kita di jannah-Nya. Amiin Yaa Robbal’aalamiin

Sumber: anonim karena lupa.

Oleh: #HaipaZuhala

β€˜IMPIAN’ menjadi motivasi terbesar, bisa kah? (2)

Selamat pagi, kawan.

Semoga sehat selalu dan semoga dimudahkan untuk berbahagia..

(Mengutip dari Ibu Lya Fahmi https://www.facebook.com/mufliha.fahmi)

Saya lanjutkan tulisan sebelumnya, ya..


Sejak saat itu, impian-impian lainnya mulai muncul. Banyak sekali. Dari yang ada kemungkinan untuk dicapai, hingga yang tingkat kemungkinannya mustahil. Maklum, seiring bertambahnya usia dan pengalaman, maka sedikit bertambah pula rasionalitas tentang keadaan yang dihadapi.

Sejak itu, muncul juga kekhawatiran-kekhawatiran lainnya. Ya, tentang impian-impian itu.

Pokoknya, ada sesuatu yang masih kurang pas. Tentang konsep impian yang saya pahami. Tentang takdir yang saya imani. Tentang bagaimana menyikapi ketika tidak tewujud. Tentang bagaimana niat awal ketika melangkah untuk mewujudkan impian itu. Tentang bagaimana mengatasi kekecewaan ketika pada kenyataannya, tidak bisa selalu terwujud. Tentang bagaimana untuk terus bermimpi, namun tetap bisa selalu bersyukur.

Pertanya-pertanyaan itu, paling tidak menurut saya pribadi, sedikit terjawab dari status WA Kiai dari Jombang yang pernah belajar di Australia Natioanal University. Berikut kira-kira kutipan beliau:

X: Apa impian yang ingin anda capai, Mas?

Y: Nggak ada. Saya ngga punya impian yang pengen dicapai. Ada sih beberapa keinginan tapi itupun ngga banyak dan ngga sampai impian juga. Kalau terwujud ya alhamdulillah, ngga juga biasa aja.

X: Berarti hidup anda kurang motivasi?

Y: Justru sebaliknya. Saya selamat dari ketakutan2 yang tidak perlu, termasuk takut untuk bersikap sesuai kebenaran yang saya yakini karena kuatir ada orang tidak suka lalu berbuat sesuatu yang membuat impian saya tidak terwujud.

X: Tapi sebenarnya kan impian2 itu yang jadi motivasi kita, Mas?

Y: Kalau saya ngga gitu melihatnya. Saya ngga perlu menjadikan hal yang abstrak, belum terjadi dan tidak nyata sebagai sumber motivasi saya. Lihat sekeliling kita. Semua yang sudah ada dan kita punya menurut saya itu yang mestinya jadi motivasi karena motivasi terbaik adalah rasa syukur. Lagipula, kalau impian yang jadi motivasi anda, ada kemungkinan anda bisa jadi kecewa nantinya. Kemudian ketika impian itu menguasai anda, anda akan rela untuk merendahkan diri secara berlebihan kepada manusia lain hingga kehilangan martabat demi mencapai impian2 itu.

X: Berarti sebenarnya anda ini cuma takut kecewa aja menurut saya ma.

Y: Kalau kecewa di sini maksudnya dalah gagal atau harapan yang tidak terwujud, saya ngga takut sama sekali. Dalam hidup, sukses dan gagal adalah biasa karena semua itu bukan kita yang tentukan. Kita hanya bisa tentukan sebatas prosesnya saja. Nah, kecewa yang saya takut kalau saya kemudian kehilangan jatidiri saya sebagai manusia seperti merendahkan diri secara berlebihan, membenarkan yang salahm atau menggadaikan kebenaran dan keyakinan hanya demi tercapainya impian saya. Kalau ini semua saya lakukan, saya bukan lagi seorang manusia. Dan saya ngga mau itu terjadi.

Keramainan di Asakusa Temple

Jadi seperti itulah. Rasa Syukur haruslah menjadi motivasi terbesar kita.

Sekian untuk tulisan kali ini, Salam…

Sederhana dalam Hidup

πŸŒΊπŸƒπŸ‚

Sebuah kata yang untuk mencapainya, butuh latihan panjang. Sederhana memandang hidup akan bisa kita rasakan setelah melewati banyak hal. Jika sederhana yang tidak mau tahu, ya bisa kapan saja. Bisa siapa saja. Tapi sederhana yang anggun, tidak banyak yang bisa. Tidak mudah diraih. Butuh melewati banyak hal.

Kesederhanaan akan sempurna dengan hati yang damai, hati yang lapang, perasaan yang tidak mudah menghakimi dan menilai. Yang terpenting, sederhana memandang kehidupan di dunia ini, yaitu dengan hanya harus menjadi hambaNya. Hanya jadi hambaNya.. πŸπŸŒΈβ˜Ίβ„

Melanjutkan Studi PhD, sepertinya Menarik

β€œTanpa mimpi, orang seperti kita akan mati… – Arai” β„πŸ€πŸŒΈπŸ˜Š

β€œPesimistik tidak lebih daripada sikap takbur mendahului nasib.”

#Pak Cik Andrea Hirata; Sang Pemimpi

β€œJika kau tidak mengambil resiko, kau tidak akan bisa menciptakan masa depan” #Monkey D. Luffy


Judul di atas hanyalah pemanis. Kenyataannya, tidak akan mudah, harus diakui. Tapi tidak juga mustahil, pasti ada kemungkinan. Semangat. β„β˜˜πŸŒΈ

Saya terlahir di keluarga yang tidak terlalu mengerti tentang seberapa sulit perjuangan memperoleh pendidikan yang tinggi. Tapi mereka selalu mendo’akan dan tidak ada acara berlebihan setelah berhasil menempuh pendidikan Strata-2. Dan saya mensyukurinya. Bersyukur karena saya bisa selalu menjadi sederhana saja.

Meskipun begitu, beberapa hari ini, tekad saya untuk melanjutkan lagi pendidikan saya mulai tumbuh lagi. Saya merasa bahwa saya bisa mempertahankan keinginan saya ini. Tidak untuk tahun ini karena saya rasa masih kecil kemungkinannya. Mungkin tahun depan. Jika tidak, tahun depan lagi. Jika tidak, tahun depannya lagi. Saya akan memperjuangkan dan mempersiapkannya dengan baik. Mohon do’a agar konsisten.

Bukan kenapa-kenapa. Saya hanya ingin membuktikan kepada diri saya sendiri bahwa saya bisa melakukannya dan bisa menghargai pemberian-Nya. Bahwa saya bisa meraihnya. Seperti kata Pak Cik Andrea Hirata:

 β€œOrang-orang itu telah melupakan bahwa belajar tidaklah melulu untuk mengejar dan membuktikan sesuatu, namun belajar itu sendiri, adalah perayaan dan penghargaan pada diri sendiri. (hlm. 197)” #Andrea Hirata

Pemandangan Kuil di Asakusa Temple, Tokyo. Gambar diambil ketika mengikuti kegiatan SPR Tsukuba. Semoga bisa balik lagi. ^_^

πŸŒΈβ„πŸ€

Saya memiliki keyakinan bahwa studi doktoral tidak akan semudah studi magister. Butuh persiapan yang benar-benar matang. Persiapan niat. Persiapan bahasa. Persiapan mental. Persiapan tenaga. Persiapan kekuatan untuk konsisten. Resilience. Enthusiasm. Persiapan ketekunan untuk belajar dan beradaptasi. Dan persiapan-persiapan lainnya. Jadi, tentu harus dari awal dan harus disiapkan bertahun-tahun.

Saya menyadari bahwa diri saya saat ini masih jauh dari kata siap untuk menempuh studi doktoral. Bahasa inggris misalnya, masih jauh. Jika hanya sekadar listening dan reading, mungkin masih lumayan. Tapi speaking dan writing saya masih jauh dari kata siap. Oleh karena itulah, saya akan mempersiapkannya mulai dari sekarang.  

Mohon Izin kepada Pemilik Semesta juga penting. IA yang menguasai segalanya. Mohon izin setiap ada kesempatan. Setelah itu, mohon izin orang tua dan guru. Ini tidak boleh lupa.

Persiapan niat juga tidak kalah penting. Niat kita dari awal selalu menentukan bagaimana kita akan menjalani sesuatu. Niat hendaknya tidak hanya untuk kepentingan diri sendiri saja, tapi sebisa mungkin dapat membawa banyak manfaat bagi sekitar ketika sudah selesai menempuhnya. Yang lebih penting dari itu, niat karena Allah SWT. Ini yang paling penting karena belajar itu sesungguhnya untuk semakin mengenal-Nya. Tidak ada yang lain. Jika kita belajar dan memiliki pengetahuan yang sangat luas, tapi itu semakin menjauhkan diri kita dari mengingat-Nya atau kita lupa sama sekali, maka itu tidak ada artinya. Melanjutkan studi itu juga bagian dari ibadah. Kita sedang mengemban tugas mulia dari Allah SWT untuk mensyukuri nikmat akal yang diberikan-Nya dan untuk membaca tanda-tanda yang dihamparkan-Nya di semesta ini. Semakin kita banyak mempelajari sesuatu, hendaknya membuat kita semakin yakin dengan kekuasan Allah SWT.


Dalam pandangan saya pribadi, melanjutkan studi doktoral jika kita merasa mampu juga merupakan bentuk syukur kita kepada Allah SWT. Bagaimana tidak, semua manusia diberikan potensi yang sama untuk mendapatkan sesuatu, tapi tidak semua ditakdirkan untuk bisa memperoleh sesuatu tersebut. Jika kau merasa mampu melakukannya, lakukan dan perjuangkan. Itu adalah bentuk syukurmu terhadap nikmat yang diberikan oleh Allah SWT.

πŸπŸŒΈπŸ€β„

Tulisan ini tidak begitu rapi, kan. Tidak apa-apa lah ya. Ini adalah catatan awal. Tulisan di blog ini semoga menjadi saksi tertulis jika suatu saat, Amrul Jihadi, Ph.D. resmi. Amiin YRA.

Salam hangat,

Hidup dan Bola

πŸ€β„πŸπŸŒΈ

Hadapilah setiap pertandingan dalam hidup itu seperti sedang bermain bola. Selalu masih ada kesempatan untuk bertanding dan berbuat sebelum tiga peluit terakhir berbunyi.

Jangan takut untuk berlari dan menendang bolanya. Bola itu bulat, seperti juga takdirNya kepada kita. Kita tidak akan tahun akan ke mana dan akan jatuh seperti apa. Tugas kita adalah membawa bola menuju gawang dengan se-kemampuan kita.

Kalah dan menang ketika bertanding itu tidak mengapa. Yang mengapa adalah tidak bertanding ketika menganggap lawannya itu lebih kuat. Pun, jika kita harus menghadapi lawan yang benar-benar kuat, apa salahnya. Kita hanya tinggal bertanding. Malah, lawan yang lebih kuat membuat kita juga belajar banyak. Jika saatnya, kemenangan juga akan datang.

πŸŒΊπŸ€β„

Jadi, begitulah hidup. Mari bertanding dengan baik. Bola itu masih akan menggelinding selama peluit terakhir belum berbunyi.

Bukankah, hidup yang tidak diperjuangkan tidak akan dimenangkan. Kata seorang bijak.

Salam,

Seorang Anak itu Berharga

Seorang anak sudah dilahirkan demikian adanya. Terserah Sang Pencipta. Yang jelas, ia pasti ditempatkan ditempat terbaik. Pernah tahu, di mana kupu-kupu meletakkan telurnya?. Kupu-kupu itu meletakkan telurnya di bagian daun tertentu, biasanya di bagian bawah daun. Tapi banyak yang ditempat lainnya. Intinya, ia akan memilih tempat terbaik untuk keturunannya nanti. Ketika akan menetas, dipastikan harus sudah ada makanan yang tersedia di dekatnya. Lingkungannya harus aman adar tentu saja tidak dimangsa musuhnya.

Lebah Ceratina mengunjungi bunga untuk saling memberi manfaat

Seperti itulah makhlukNya, apalagi Sang Kholiq. Terlahir di manapun, orang lain tidak punya keuntungan seperti kau yang di lahirkan dari keluarga tersebut.

Jadi mari selalu bersyukur.


Dikutip dari akun twitter @meyysi, bahwa Habib Luthfi pernah berpesan:

Pesan ulama-ulama sepuh dulu, kalau ingin punya anak yang Hebat dan Berkah, orang tua terutama ibunya harus mau tirakat. berikut anjuran nirakati anak:

  • Kasi harta yang Halal. Anak jangan sampai diberi harta yang masih ‘remang-remang’ kehalalannya, apalagi yang haram, sangat dilarang.
    • Puasai hari kelahiran anak. Orang tua hendaknya berpuasa pada ahri kelahiran anaknya walaupun hanya sebulan sekali.
      • Menjaga lisan. Artinya, orang tua selain menjaga lisan kepada anaknya, jangan sampai menggiabah, mencaci atau menghina orang lain terlebih lagi guru anaknya walaupun guru itu di hadapan manusia terlihat orang biasa.
    • Setiap ibu mencuci beras yang akan dimakan anaknya, hendaknya beras itu dibacakan Bismillah 21 kali dan Shalawat 11 kali.

Kita hanya bisa berusaha, sisanya, serahkan kepada departemen Ketuhanan.

Salam,

Merdeka Itu Hak

β„πŸŒΈβ˜˜

Menjadi merdeka adalah kebutuhan setiap manusia. Dengan menjadi merdeka, ia bisa menentukan kehidupannya dengan bebas sesuai dengan apa yang ingin dilakukan. Kebebasan inilah yang merupakan salah satu nikmat luar biasa yang diberikanNya pada setiap manusia.

Suasana pagi hari di Sembalun

Dalam manaqibnya, Imam Asy-syafi’i pernah berkata: “Allah menciptakanmu dalam keadaan merdeka, maka hiduplah sebagaimana kau diciptakan.”

Twitter: @thoriqotuna

Kau tahu kawan,

Merdeka itu bukan berarti tidak memiliki pegangan. Merdeka itu, hanya berpegang padaNya.

Merdeka itu bukan berarti bebas melakukan sesuatu tanpa memikirkan akibatnya. Merdeka itu, kita mengambil keputusan yang sudah diperhitungkan.

Merdeka itu jujur. Kalau kau berbohong, kau tidak akan pernah bisa merdeka. Percayalah.

Merdeka itu mengambil keputusan dengan terlebih dahulu berdo’a padaNya. Bukan mengambil keputusan seenak hati. Jika sudah izin kepadaNya, apapun kenyataan yang terjadi, itulah yang baik.

Merdeka itu adil.


“Seorang terpelajar harus sudah adil sejak dari dalam pikiran, apalagi dalam perbuatan” #Pramoedya Ananta Toer

Salam,

Ada di Saat Ini

Dalam bahasa yang cukup terkenal, ada di saat ini dikenal dengan Being Present. Kata kata ini terkenal karena kita yang saat ini banyak terkacaukan oleh banyaknya informasi. Tubuh dan pikiran kita tidak berada di tempat yang sama. Lalu kita sendiri, tidak menikmati keadaan sekitar kita saat ini. Terlebih lagi di era banjir informasi saat ini. Otak kita tidak tahu akan fokus ke mana. Semua hal terasa bisa dilakukan dan terasa penting untuk dilakukan saat ini.

Di dalam prinsip yang dipegang oleh Bangsa Jepang, ada istilah yang terkenal yaitu Ikigai (lihat juga: https://mengejakata.home.blog/2020/07/17/ikigai-ichi/). Salah satu prinsip dalam ikigai tersebut adalah hadir di saat ini. Hal ini sangat penting karena kita hidup di tempat dan waktu ini, bukan di yang akan datang maupun lampau dan di tempat lain. Saat ini memengaruhi masa depan. Jadi, hidup di saat ini dan hadir di saat ini akan memengaruhi masa depan kita. Jangan tanya tentang masa lalu, kita tidak akan pernah hidup di sana dan tidak bisa dirubah juga.

🌸🌺🍁

Prinsip ikigai ini lalu menjadi salah satu faktor yang membuat masyarakat Jepang yang kita kenal saat ini. Mereka memperhatikan hal-hal yang sangat kecil di sekitar mereka. Toko-toko makanan khas di sana diturunkan turun temurun selama beberapa generasi sehingga mereka memang ahlinya makanan tersebut. Lingkungan mereka selalu bersih karena dijaga sebaik mungkin untuk selalu bersih, ketika mengawali hari dan mengakhiri hari. Sebelum mereka menyantap makanan, mereka mengucapkan Ittadakimasu. Sebenarnya, itu merupakan ajaran Shinto untuk berterima kasih dan mengingat dan menghargai apa pun maupun siapa pun yang berperan sehingga makanan tersebut sampai di meja makan. Jadi, artinya tidak hanya sesederhana Selamat Makan.

Baru-baru ini, penulis juga menonton tayangan youtube di channal GreatMind yang membahas tentang Stoicism. Salah satu prinsipnya juga adalah kita hendaknya hari ada di saat ini.

πŸ‚πŸπŸ€

Semoga kita bisa, karena ini salah satu cara bersyukur dan cara untuk selalu mengingatNya.

Salam,